Mengapa?
Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini selain dituntut
untuk beribadah kepada sang Maha Pencipta alam semesta, menjaga serta
memelihara bumi tempat dimana untuk memijakkan kakinya, manusia juga dituntut
untuk selalu bekerja keras menghidupi keluarga dan dirinya. Dalam hal bekerja,
manusia memiliki hak yang penuh untuk memilih pekerjaan yang akan
dijalankannya, sesuai passion maupun tidak itu merupakan suatu pilihan, menjadi
karyawan maupun berwirausaha itu merupakan suatu pilihan, bahkan halal maupun
tidak pekerjaan yang dijalankan itu juga merupakan bagian dari suatu pilihan.
Apapun pilihan tersebut selalu memiliki resiko yang bernilai, dan perlu dicatat
bahwa sejatinya tidak ada resiko yang bernilai nol.
Zaman yang semakin berkembang dalam hal kecanggihan
teknologi dan penyebaran informasi yang cepat dalam hitungan detik membuat
manusia berlomba-lomba meraih kesuksesan di bidang finansial, salah satunya
dengan cara menjadi seorang wirausaha.
Beberapa hal dalam berwirausaha diperlukan adanya
etika dalam berprofesi baik secara agama, kode etik, psikologi, kepribadian,
kehidupan, lingkungan hidup, etika bisnis, etika hukum dan etika terapan.
Pengertian,
Pandangan dan Pemikiran Kewirausahaan Etika Profesi dalam Bidang IT Secara Umum
Definisi kewirausahaan dan etika profesi dideskripsikan
sebagai tata cara sikap diri yang bercermin pada kesopanan dan norma yang
berlaku dalam berprofesi di bidang kewirausahaan, baik itu dalam hal legalitas,
profesionalitas dan kuantitas yang kita tawarkan terhadap suatu tuntutan
tertentu. Berwirausaha dengan suatu profesi yang menjadi pilihan mandiri dalam
bidang Ilmu Komputer dengan mengedepankan tata aturan sebagai penggerak IT.
Menurut istilah pelaku sebagai subjeknya. wirausaha menjadi objeknya dan
beretika merupakan penggerak atau perintisnya, sedangkan profesi merupakan
medianya, semua terintegrasi satu sama lainnya.
Sukses dan gagal merupakan tolak ukur
bagi diri seseorang mengenai pencapaiannya dalam hal berwirausaha. Tanpa gagal
tidak akan ada sukses baginya. Begitupun sebaliknya, ada kalanya tanpa sukses
seseorang tidak akan pernah merasakan kegagalan yang membawa pada nikmat
kesuksesannya.
Mata uang yang tidak terlihat secara
visual namun berlaku di seluruh negara adalah kejujuran, dan kejujuran
merupakan salah satu etika kebaikan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
sosial dan makhluk bergama. Begitupun dalam hal berwirausaha, selain
profesionalitas dan loyalitas ternyata ada hal penting lainnya yang dikenal
dengan sebutan 'kejujuran'.
Keseimbangan dan keselarasan antara
manusia dengan Tuhan (Horizontal) serta hubungan antara manusia dengan manusia
(Vertikal) memicu kita untuk menjadi diri yang lebih berkarakter dalam bekerja
dengan memprioritaskan etika moral dari sudut pandang agama.
Prinsip Usaha dalam Islam?
Berdasarkan hukum islam, secara falsafah prinsip adalah
asas atau pondasi kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tempat pijakan
seseorang untuk berpikir serta bertindak secara realistis dan logis. Prinsip
berarti kebenaran seacara mutlak dan menjadi sebuat tolah ukur yang membentuk
hukum islam.
Beberapa hal yang menjadi prinsip usaha dalam islam antara
lain yaitu prinsip keyakinan pada ke-esaan Tuhan (Tauhid), keadilan (Al-Adl),
toleransi (tasa'muh), persamaan atau egaliter, tolong-menolong (Al-Ta'awun),
kemerdekaan atau kebebasan (Al-Hurriyah). Konsep perniagaan dalam Islam
sangatlah luas, hal tersebut tidak hanya terbatas pada suatu pencapaian
materialnya saja, akan tetapi merupakan ibadah yang Fardhu Kifayah yang
dituntut oleh Allah Subhanallahu wa Ta'ala.
Prinsip-prinsip bisnis modern, seperti tujuan pelanggan,
pelayanan yang unggul, kompetensi, efisiensi, transparansi semua itu telah
menjadi gambaran pribadi dan etika berbisnis Nabi Muhammad Shallalahu 'alaihi
wassalam ketika beliau masih muda dan berniaga. Prinsip-prinsip itu diantara
lain adalah Shiddiq (larangan tidak menepati janji yang telah disepakati,
larangan menutupi cacat atau aib barang yang akan dijual, larangan membeli dari
orang awam sebelum masuk ke pasar atau pada zaman sekarang lebih dikenal dengan
istilah calo), Amanah (tidak mengurangi apa-apa yang tidak boleh dikurangi dan sebaliknya
tidak boleh ditambah pula), Fathanah (cerdas). Rasulullah adalah seorang
entrepreneurship. Mulai dari usianya saat menginjak 8 tahun 2 bulan, beliau
sudah mulai mengembalakan kambing. Pada usianya yang ke-12 tahun, beliau
berdagang sebagai khalifah ke negeri Syiria dan pada saat usianya menginjak
ke-25 tahun, beliau menikahi Khadijah dengan mahar 20 ekor unta muda. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Rasul merupakan seorang wirausahawan yang sukses,
patut untuk kita contoh strateginya dalam hal berbisnis.
Etika
Wirausaha Dalam Konvensional?
Seorang wirausahawan dituntut untuk selalu berfikir dalam
mencari peluang usaha, memanfaatkan peluang tersebut dan mencipatakan usaha
yang dapat memberikan bonafit bagi dirinya serta pihak yang bersangkutan.
Seorang wirausaha harus memiliki etika dalam menjalankan usahanya. Seperti
halnya dalam bersikap dan berprilaku dari segi bagaimana cara dia berpakaian,
berbicara serta dari gesture-nya. Seorang wirausaha dapat dikatakan berhasil
jika ia memiliki visi dan tujuan yang jelas dalam hal yang tentunya ingin ia
capai, bertanggung jawab dengan komitmennya, kerja keras secara teamwork maupun
personal, bertindak sebagai seorang leader dengan mindset yang dewasa.
Landasan Syari'ah dalam Bisnis?
ياايهاالذين امنوا لاتأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إلاّ أن تكون تجارة عن تراضٍ منكم ولا تقتلوا أنفسكم إن الله كان بكم رحيماًََ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan suka sama suka diantara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu." (QS. Annisa: 29).
Berwirausaha dalam Islam?
Negara Indonesia sendiri memiliki tujuan prosentase
terhadap nilai statistik penduduk yang berwirausaha secara mandiri, setidaknya
negara mematok 10% dari jumlah penduduknya. Selain negara yang menganjurkan
agar penduduknya memiliki bisnis usaha yang mandiri dan tangguh, dalam
Islam/syari'ah pun sangat dianjurkan sesuai dengan ekonomi dan tingkat
kemampuannya. Islam bakhan menganjurkan untuk bewirausaha. Ekonomi Islam bukan
hanya di bidang perbankan saja, melainkan ada asuransi dan pasar modal juga.
Dampak pertumbuhan wirausaha terhadap perekonimian sangatlah besar, baik
ekonomi syari'ah maupun pada umumnya. Perbankan syari'ah akan menjadi semakin
ideal dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Penyaluran kredit akan berjalan
secara maksimal dan menjadi prioritas yang utama. Wirausaha juga akan membantu
menggerakkan roda perekonomian lewat pembukaan lapangan kerja.
Hubungan antar Wirausaha, Etika dan Agama?
Keterkaitan antara wirausaha, etika dan agama sangatlah
erat. Dalam berwirausaha tentunya kita harus menerapkan etika yang baik untuk
kepribadian kita dengan berlandaskan hukum agama yang kita anut. Pada khususnya
penulis menganut agama Islam, maka penulis harus secara jelas mengetahui aturan
dan norma-norma yang harus di patuhi untuk menjadikan bisnis lebih kompetitid
dari sudut pandang agama. Andai kata wirausaha, etika dan agama merupakan
komponen-komponen yang tak terpisahkan dan sudah saling terintegrasi antar satu
sama lainnya, saling berkaitan, saling menopang, saling memberikan kontribusi
yang baik bagi beberapa pihak termasuk diri sendiri. Dengan berwirausaha
berarti kita sedikitnya menjalankan salah satu syariat dalam agama bahwa
manusia sebagai khalifah haruslah rajin bekerja, dengan memiliki etika yang
santun berarti kita sedikitnya sudah mematuhi apa yang Tuhan ajarkan kepada
kita agar menjadi makhluk yang berguna dan selalu merasa rendah. Mengedepankan
norma agama dalam beretika sehari-hari maupun dalam berbisnis akan menunjukkan
seberapa tinggi loyalitas yang kita tunjukkan dan berikan terhadap diri kita
sendiri dan berbagai pihak.
Sumber
Tentang Artikel
Pembuatan artikel ini berawal dari
tugas mata kuliah Kewirausahaan di program studi Ilmu Komputer yang diberikan
oleh Prof. Dr. -Ing Soewarto Hardhienata (2012).
author by Aishipup
published on 130412
edited on 100815
8 comments